Mendalami Karakteristik Pembelajaran Remedial Di Sekolah

Mendalami Karakteristik Pembelajaran Remedial Di Sekolah

Dalam kegiatan belajar mengajar menurut prinsip belajar tuntas, ada dua kegiatan, yaitu kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan. Keduanya sama pentingnya, akan tetapi berbeda tingkat kepentingan-nya. Jika kegiatan pengayaan diperuntukkan pada siswa yang tidak mengalami kasus kesulitan atau kegagalan belajar, maka sebaliknya, kegiatan perbaikan diperuntukkan pada siswa yang mengalami kasus kesulitan atau kegagalan belajar. Sehingga apabila kedua tingkat kepentingan tersebut dibandingkan, maka kegiatan pengajaran remediallah yang lebih penting. Karena kegiatan ini menyangkut perbaikan yang mengarah pada tercapainya prestasi belajar siswa di masa selanjutnya. Lebih khusus lagi berkaitan erat dengan keberhasilan memahami suatu pelajaran yang diberikan kepada siswa yang gagal, baik berupa perlakuan mengajar atau bimbingan dalam memecahkan kesulitan yang dihadapinya.
Dari prinsip tersebut dapat diambil sebuah pengertian tentang program remedial (remedial teaching) menurut Abd. Rahman Abror yang mengutip pendapat Djumhur dan Moh. Surya adalah “bentuk pengajaran yang diberikan kepada seorang murid untuk membantu kesulitan belajarnya.” Artinya, dalam proses belajar mengajar, program/kegiatan perbaikan itu dirancang untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan belajar, yang dengan bantuan tersebut mereka dapat mencapai tingkat penguasaan materi pelajaran yang ditetapkan. Atas dasar itu, dapat ditegaskan bahwa pengajaran remedial memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Bersifat khusus, di mana kekhususan pengajaran ini terdapat pada hal-hal sebagai berikut: (a) Dilakukan setelah diketahui kesulitan belajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus dengan jenis, sifat dan latar belakangnya; (b) Tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa; (c) Metode disesuaikan dengan sifat dan jenis latar belakang kesulitan siswa; Dilaksanakan didikan melalui kerjasama dengan pihak lain, pembimbing, penyaji dan ahli khusus; (e) Penggunaan alat-alat pengajaran lebih bervariasi dan bersifat khusus; (f) Menuntut pendekatan dan teknik yang lebih khusus yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing pribadi siswa; (g) Alat evaluasi disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi siswa. Mempunyai sasaran yang juga khusus, yakni siswa yang mengalami kesulitan belajar;
2. Berfungsi secara khusus, dimana fungsi dari pengajaran remedial ini adalah ; (a) Fungsi korektif; pengajaran remedial dapat ditinjau kembali atau diadakan pembetulan atau perbaikan terhadap sesuatu yang dianggap belum tercapai, sehingga dapat diadakan perbaikan yang akan memperbaiki prestasi belajar siswa; (b) Fungsi pemahaman; pengajaran remedial memungkinkan guru, siswa dan pihak lainnya memahami masalah kesulitan belajar yang dihadapi siswa; (c) Fungsi penyesuaian; pengajaran ini diadakan sesuai dengan kesulitan siswa guna memecahkan kesulitan yang dihadapinya; (d) Fungsi pengayaan; bahwa pengajaran perbaikan dapat memperkaya proses belajar mengajar, yakni hasil yang diperoleh siswa lebih banyak, lebih dalam, sehingga prestasi belajarnya mengalami peningkatan; (e) Fungsi akseleratif; mempercepat proses belajar siswa, siswa yang lambat dapat dipercepat dengan desain pembelajaran khusus sehingga mereka dapat menguasai tujuan instruksional khusus meski dalam batas sangat minimal; (f) Fungsi terapeutik; pengajaran ini dapat menyembuhkan atau memperbaiki akar kesulitan belajar siswa sehingga mereka dapat berprestasi dengan baik.
3. Bersifat terapis, yakni pengajaran remedial--sebagaimana dinyata-kan dalam fungsi--dapat memperbaiki kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi;
4. Bersifat kasuistik dan kadang-kadang bersifat individual, sebab sumber kesulitan siswa berbeda-beda.

Karena sifat pengajaran remedial adalah khusus, maka sasaran pengajaran remedial adalah juga khusus, yakni siswa yang mengalami masalah-masalah dalam belajar yang menyebabkan prestasi belajarnya rendah. Dengan kata lain, siswa yang menjadi sasaran pelaksanaan program remedial adalah siswa yang termasuk dalam kriteria ketuntasan belajar.
Sehubungan dengan kriteria tersebut, dibuat panduan skala sebagai berikut: “A: sangat baik, siswa yang mencapai 90-100% penguasaan tujuan, B: baik, siswa yang mencapai 80-89% penguasaan tujuan, C: cukup, siswa yang mencapai 60-79% penguasaan tujuan, dan D: gagal, siswa yang mencapai dibawah 59% penguasaan tujuan.”
Bagi siswa yang mencapai taraf penguasaan A dan B akan diberi pengajaran pengayaan. Khusus siswa kategori A bentuk pengayaannya dapat menjadi tutor bagi teman-temannya, di samping bentuk-bentuk pengayaan lainnya. Sedangkan bagi siswa yang berkategori C dan terutama yang berkategori D menjadi prioritas peserta pengajaran perbaikan dalam bentuk program yang sangat intensif. Adapun yang berkategori C dapat menjadi peserta program pengajaran perbaikan dalam bentuk yang lebih ringan. Program pengajaran perbaikan khusus bagi siswa yang gagal (berkategori D) sangat memerlukan program remedial yang sangat khusus, seperti pelaksanaan pengajaran bagi mereka melibatkan kerja sama dengan pihak lain, seperti psikolog, pembimbing ahli, petugas khusus bimbingan dan penyuluhan serta memerlukan kinerja yang lebih sungguh-sungguh yang menggunakan alat pengajaran yang lebih variatif “sehingga corak pengajaran remedial yang dilaksanakan lebih berkategori terapeutis remedial teaching. Adapun siswa yang berkategori C corak remedialnya berkisar pada pola adaptive remedial teaching, yakni pola pengajaran remedial yang lebih menekankan pada penyesuaian tingkat kesulitan pertanyaan dengan tingkat intelektualitas siswa. “ Jadi tidak sejauh atau serumit pola terapeutis remedial teaching.
Secara lebih konkrit, siswa yang menjadi sasaran pengajaran remedial adalah siswa yang menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya. Bagi siswa yang jauh di bawah rata-rata kelas, maka menjadi sasaran terapeutis remedial teaching, dan bagi sedikit di bawah rata-rata kelas menjadi sasaran adaptive remedial teaching.
Jenis-jenis program remedial teaching ini tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana di-kemukakan oleh Nana Sukmadinata dan Thomas, bahwa ada beberapa faktor dalam program remedial teaching ini antara lain: (1) sifat kegiatan perbaikan itu sendiri; (2) jumlah siswa yang memerlukannya; tempat bantuan yang berupa kegiatan itu diberikan; (4) waktu penyelenggaraannya; (5) siapa yang memberinya; (6) metode yang digunakan; (7) sarana atau alat yang sesuai dengan kegiatan tersebut; dan (8) tingkat kesuliat belajar siswa. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atau faktor-faktor terse-but, kini dapat dilakukan bentuk-bentuk pengajaran remedial yang dimungkinkan cocok dan sesuai dengan situasi dan kondisi serta kekhususan dari pada kesulitan siswa. Adapun bentuk-bentuk program remedial, antara lain:


1) Mengajarkan kembali (re-teaching) bahan yang sama, tetapi dengan cara penyajian yang berbeda;
2) Bimbingan individu atau kelompok kecil sesuai dengan kesulitan yang dihadapinya;
3) Memberikan pekerjaan rumah, sehingga guru dapat mengenal kasus kesulitan belajar yang dihadapi siswa secara lebih dalam;
4) Memberikan buku pelajaran yang relevan dengan satuan pelajaran dan menyuruh siswa untuk mempelajarinya sendiri;
5) Menggunakan alat-alat audio-visual yang lebih banyak dan variatif, seperti menggunakan radio/rekaman, melihat peristiwa-peristiwa secara langsung atau nyata dengan tujuan untuk memudahkan siswa dalam menyerapnya sehingga penguasaan mereka akhirnya lebih baik;
6) Bimbingan oleh wali kelas, guru bidang studi, guru BP maupun dengan melibatkan tenaga ahli guna memecahkan kesulitan yang dihadapi siswa sekaligus memberikan arahan apa yang semestinya dapat mereka lakukan untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya;
7) Tutoring sebaya, yaitu bentuk perbaikan yang diberikan oleh teman sekelasnya yang pandai, sebab adakalanya siswa lebih mudah menyerap materi pelajaran dari teman akrabnya maupun dari orang yang lebih dekat hubungan emosionalnya dari pada guru yang disegani atau bahkan ditakutinya;
8) Permainan akademik, yaitu perbaikan secara kelompok yang dengan cara memecahkan persoalan melalui permainan;
9) Permainan kartu, yaitu perbaikan secara individual, yang diberikan pada murid yang berguna mengulangi terminologi, fakta, konsep atau prinsip yang terdapat dalam satuan pelajaran yang diperbaiki;
10) Memanfaatkan latihan khusus, seperti latihan membaca kata-kata tertentu. Metode ini biasanya diterapkan kepada siswa yang daya tangkapnya sangat lemah;
11) Menekankan pada pemanfaatan segi-segi kemampuan yang kuat. Misalnya, peserta didik yang tidak dapat memahami pelajaran IPS melalui informasi lisan, belajar melalui gambar-gambar dengan materi-materi yang sama karena daya pemahaman penglihatan cukup baik.
Demikianlah beberapa pola atau bentuk kegiatan pengajaran remedial, yang dari keanekaragaman pola tersebut pada satu sisi akan memberikan banyak pilihan kepada guru untuk menerapkan pola apakah yang sesuai untuk dilaksanakan. Dan pada sisi lain, menuntut guru untuk lebih selektif dalam memilih bentuk-bentuk pengajaran remedial yang akan dilaksanakannya agar pengajaran perbaikan yang dipilih benar-benar efektif dalam menumbuhkan kerajinan belajar sekaligus meningkatkan prestasi belajar yang diraih.
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Secara esensial, proses pengajaran remedial (PPR) serupa dengan proses belajar mengajar (PBM) biasa. Dalam hal ini ada tiga faktor yang mempengaruhi belajar, namun dalam beberapa literatur disebutkan secara berbeda yang pada esensinya memiliki maksud yang sama.
Bustami Said menyebutkan faktor-faktor tersebut meliputi: 
a. Faktor lingkungan sosial dan non-sosial. Faktor lingkungan sosial; adalah lingkungan sesama manusia, baik manusia itu langsung berada ataupun tidak langsung. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, maka akan mengganggu kegiatan belajar. Faktor lingkungan non-sosial, meliputi: (1) Keadaan cuaca (suhu udara, mendung, hujan, panas, dingin, dan sebagainya), (2) Keadaan tempat (kebersihan, letak sekolah, ketenangan, kegaduhan, pengaturan kelas, dan sebagainya), (3) Waktu (pagi, siang, sore, petang dan malam hari), (4) Alat yang digunakan (buku, alat tulis, dan sebagainya). Faktor-faktor tersebut biasanya mengganggu konsentrasi belajar, sehingga perhatian tidak ditujukan pada hal-hal yang dipelajari. Oleh karena itu harus diatur sedemikian rupa agar proses belajar dapat berlangsung dengan baik.
b. Faktor individual fisiologis dan psikologis. Faktor individual fisiologis, meliputi; cukup nutrisi keadaan makanan, penyakit kronis (influenza, batuk, dan sebagainya), serta berfungsinya panca indera yang baik terutama telinga dan mata yang memiliki peranan utama dalam belajar. Faktor individual psikologis yang perlu mendapat perhatian khusus dalam belajar adalah motif belajar, yakni suatu hal yang mendorong aktivitas belajar. Motif-motif belajar tersebut dapat dikemukakan antara lain: (1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; (2) Adanya sifat kreatif dan keinginan untuk maju; (3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, teman-teman, dan sebagainya; (4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan-kegagalan yang lalu dengan usaha-usaha baru baik secara kooperatif maupun kompetitif; (5) Adanya keinginan untuk mendapat rasa aman bila menguasai pelajaran; (6) Adanya penghargaan atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. 

Sasaran akhir pengajaran remedial identik dengan pengajaran biasa (pada umumnya), yaitu membantu setiap siswa dalam batas-batas normalitas tertentu agar dapat mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan (level of mastery) tertentu, sekurang-kurangnya sesuai dengan batas-batas kriteria keberhasilan yang dapat diterima (minimum acceptable performance). Mengingat secara empirik sasaran strategis itu tidak selamanya dapat dicapai dengan pendekatan sistem pengajaran konvensional maka perlu dicari upaya pendekatan strategis.
Dalam konteks dasar diagnostik dan pengajaran remedial, Ross dan Stanley menjelaskan bahwa tindakan strategis itu seyogyanya dapat dilakukan secara kuratif dan preventif. Dinkmeyer dan Caldwell dalam bukunya Development Counseling menambahkan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan upaya yang bersifat pengembangan (development). Berikut ini akan dijelaskan beberapa strategi dan teknik pendekatan dalam pengajaran remedial.
Strategi dan pendekatan pengajaran remedial yang bersifat kuratif. Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kalau dilakukan setelah program PBM utama selesai diselenggarakan. Tindakan ini didasarkan atas kenyataan empirik bahwa ada seseorang atau sejumlah orang atau bahkan mungkin sebagian besar atau seluruh anggota kelas/kelompok belajar dapat dipandang tidak mampu menyelesaikan program PBM secara sempurna, sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Program PBM dapat diartikan sebagai program untuk tiap pertemuan, untuk satuan (unit) bahan pelajaran atau satuan waktu (mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, tahunan dan sebagainya) tertentu.
Untuk strategi yang bersifat kuratif, maka ada beberapa teknik pendekatan yang telah dikembangkan oleh para ahli, seperti: peng-ulangan (repetion), pengayaan (enrichment) dan pengukuhan (reinforcement) serta percepatan (acceleration).
Strategi dan pendekatan pengajaran remedial yang bersifat pre-ventif. Jika strategi dan teknik kuratif ditujukan kepada siswa yang secara empirik sudah jelas menunjukkan kesulitan tertentu (prestasi lemah, kurang mampu melakukan penyesuaian), pendekatan preventif ditujukan kepada siswa tertentu berdasarkan data/-informasi yang ada dapat diantisipasi atau diprediksi atau setidak-tidaknya patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesai-kan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya.
Oleh karena itu, sasaran pokok dari pendekatan preventif ini berusaha sedapat mungkin agar hambatan-hambatan yang di-antisipasi itu dapat direduksi seminimal mungkin sehingga siswa yang bersangkutan diharapkan dapat mencapai prestasi dan ke-mampuan penyesuaian sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Kalau dalam pendekatan kuratif tindakan remedial itu ber-pangkal tolak dari hasil post-teaching diagnostic yang berdasarkan data/informasi hasil post-test/sumatif, sedang pendekatan preventif bertitik tolak dari hasil pre-test atau evaluasi reflektif atau test of entering behaviors.
Ada tiga kemungkinan teknik layanan pengajaran remedial yang bersifat preventif sebagaimana yang disarankan oleh para ahli pendidik dan psikologi kependidikan, yaitu layanan pengajaran kelompok yang diorganisasikan secara homogen (homogenitas grouping), layanan pengajaran secara individual (individualized based instruction) dan layanan pengajaran kelompok dilengkapi dengan kelas khusus.
Strategi dan pendekatan pengajaran remedial yang bersifat pengem-bangan (development). Kalau pendekatan kuratif merupakan tindak lanjut dari post-teaching diagnostic dan pendekatan preventif merupakan tindak lanjut dari pre-teaching diagnostic, maka pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari during-teaching diagnostic atau upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya proses PBM.
Sasaran pokok dari strategi pendekatan ini ialah agar siswa dapat segera mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-ke-sulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan PBM. Dengan diberikan bantuan segera (immediate treatment) dari saat ke saat selama berlangsungnya PBM, pada akhirnya siswa diharapkan akan dapat menyelesaikan program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Agar strategi pendekatan ini dapat dioperasikan secara teknis dan sistematis, diperlukan adanya pengorganisasian program PBM yang sistematis pula seperti dalam bentuk sistem pengajaran berprogram, sistem pengajaran modul, self instruction audio tutorial system, dan sebagainya. Dengan demikian, maka proses layanan diagnostik dan remedial itu dapat dikatakan secara sekuen-sial dari unit ke unit secara teratur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Contoh Pidato Bahasa Inggris Tentang Karakter Pemimpin untuk Indonesia yang lebih maju | Future Leaders Charateristic For the Betterment of Indonesia

Contoh Pidato Bahasa Lampung tentang budaya lampung