Teori Belajar Neuroscience
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Dalam proses pendidikan, belajar merupakan salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan. Dimana belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami oleh seseorang. Selama proses belajar manusia pasti tak luput dari kesalahan. Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar yang tepat sehingga dapat diterapkan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai dengan maksimal. Teori belajar kali ini akan memahas mengenai neuroscience (kerja otak).
Agfianto menjelaskan tugas dari ilmu neural (neural science) adalah menjelaskan perilaku manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di otak. Bagaimana bisa-bisanya otak yang tersusun dari jutaan sel-sel saraf individu bisa menghasilkan perilaku dan bagaimana sel-sel ini juga terpengaruh oleh kondisi lingkungan? (Eko, 2017).
Umumnya, para neurosaintis memfokuskan pada sel saraf yang ada di otak. Tujuan utama analisis tentang otak dewasa ini adalah mempelajari lokalisasi fungsi, terutama fungsi kognitif. Lokalisasi ini mengacu pada wilayah-wilayah spesifik otak yang mengontrol perilaku-perilaku yang juga spesifik yang dominan mengarah pada kemampuan individu dalam ranah kognitifnya. Pemahaman tentang bagaimana otak belajar akan mendorong seluruh komponen terkait dalam sistem pendidikan untuk menempatkan diri secara bijaksana.
Banyak penelitian menemukan bahwa manusia belum maksimal dalam memakai otaknya baik untuk memecahkan masalah maupun menciptakan ide-ide baru. Afid mengatakan bahwa selama ini kita beranggapan bahwa otak kiri adalah otak yang bersifat logika, dan otak kanan berkaitan erat dengan kreativitas. Hasil penelitian terakhir mengungkapkan bahwa pandangan ini salah. Otak kiri dapat menjadi otak yang kreatif. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya Dr. Edward De Bono yang mencetuskan Lateral Thinking (Berfikir Lateral) pada tahun 1970. (Burhanuddin, 2017)
Jika dilihat dari sisi pendidikan, kebanyakan sistem pendidikan di dunia lebih menjurus kepada aliran pemikiran otak kiri. Para pelajar di seluruh dunia dilatih untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan berdasarkan logika dan rasional. Ringkasnya, corak pemikiran otak kiri, imaginasi menyokong logika serta rasional, sedangkan dalam gaya pemikiran otak kanan, logika dan rasional akan menyokong imaginasi. Para pelajar tidak bebas berfikir dan tidak mampu serta tidak berani melahirkan ide-ide baru apalagi ide-ide yang amat bertentangan oleh individu-individu yang berfikiran konvensional.
Dalam dasawarsa terakhir ini, otak berhasil dieksplorasi secara besar-besaran dan menghasilkan kesimpulan bahwa otak merupakan pusat berpikir, berkreasi, berperadaban, dan beragama. Sistem pendidikan saat ini cenderung mengarahkan peserta didik untuk hanya menerima satu jawaban dari permasalahan. Jawaban itulah yang kemudian diajarkan oleh dosen/guru untuk kemudian diulangi oleh peserta didik dengan baik pada saat ujian. Secara tak sadar kita sebagai guru maupun orangtua telah banyak memasung potensi berpikir anak-anak dan menghambat perkembangan otaknya.
Sistem pendidikan berperadaban harus memungkinkan peserta didik untuk mencampur-memisahkan sesuatu sehingga menjadi sesuatu yang baru. Pada dasarnya suatu ide baru merupakan kombinasi dari ide-ide lama, dan tak ada sesuatu yang betul-betul baru. Telah terbukti bahwa selain memiliki kemampuan hebat untuk menyimpan informasi, otak juga memiliki kemampuan yang sama hebat untuk menyusun ulang informasi tersebut dengan cara baru sehingga tercipta ide baru.
Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menerapkan sistem pendidikan yang memungkinkan optimalisasi seluruh otak sehingga penerimaan, pengolahan, penyimpanan dan penggunaan informasi terjadi secara efisien. Sangat inspiratif definisi pendidikan yang tercantum dalam Sisdiknas yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Untuk dapat mewujudkan suasana belajar yang interaktif sangat penting menghadirkan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk mengaktifkan otaknya. Lingkungan yang merangsang ini perlu dihadirkan dalam kondisi yang bervariasi. Mekanisme kerja otak sangat memberikan kedudukan yang penting dalam memahami setiap perubahan tingkah laku belajar yang dilakukan oleh seseorang. Berkaitan dengan hal itulah, maka penulis ingin memberikan penjelasan mengenai mekanisme kerja otak pada teori Neurosains dalam pengaturan informasi yang akan mendukung peran kita sebagai seorang pendidik.
1.2 Tujuan Penulisan
1) Guna mengetahui apa itu teori neuroscience,
2) Guna mengetahui dan memahami struktur fungsi otak dan sistem saraf,
3) Guna mengetahui mekanisme kerja otak yang berkaitan dengan kecakapan belajar,
4) Guna mengetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar neuroscience,
5) Guna mengetahui implementasi teori belajar neuroscience dalam Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Neuroscience
Teori belajar neuroscience adalah teori belajar yang menekankan pada kinerja otak yaitu tentang bagaimana keseluruhan proses berfikir, menerima, mengelola, menyimpan dan menggunakan informasi berkerja dengan efesien. proses berfikir juga mencakup hal yang luas dari proses berpikir tersebut menghasilkan pengetahuan, sikap, dan prilaku atau tindakan. Teori ini mempelajari mengenai otak dan seluruh fungsi-fungsi syaraf.
Yossei berpendapat bahwa neuroscience adalah perkembangan ilmu biologi manusia yang bersumber dari ilmu kedokteran, yang khusus mempelajari tentang otak. Otak adalah organ yang mengatur seluruh aspek kehidupan makhluk hidup, manusia maupun binatang. Semua gerakan tubuh dikontrol otak. Dari kesadaran manusia makan, tidur, belajar, berpikir, berperasaan, sampai berpikiran inovatif dan menemukan segala sesuatu dimulai dari otak. (Yossei, 2017)
Hebb mengungkapkan dalam bukunya Hergenhahn bahwa ia mengambil kesimpulan tentang intelegensi yaitu pegalaman di masa kanak-kanak biasanya akan mengembangkan konsep, mode pemikiran, dan cara memahami sesuatu, yang menjadi unsur penyusun intelegensi. Cedera pada otak bayi akan mengganggu proses ini, tetapi cedera yang sama pada usia dewasa tidak, (Hergenhahn & Olson, 2008, hal. 396).
Hasil penelitian Brazelton yang dikutip oleh Yossei bahwasanya pada anak sejak dalam kandungan menyingkap tabir yang menakjubkan tentang otak manusia. Kecerdasan ditentukan otak, memberikan stimulasi-stimulasi pendidikan yang tepat akan mencerdaskan otak. kecerdasan dikembangkan tidak hanya kecerdasan intelektual, tetapi emosional, sosial, dan kecerdasan lainnya. Pendidikan yang baik, potensi yang dapat dikembangkan secara optimal dan seimbang membangun anak seutuhnya yang religius, berpengetahuan luas, terampil, dan memiliki sikap yang baik. (Yossei, 2017)
Pendapat Harun yang dikutip oleh Desi, beliau berpendapat bahawa neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada di dalam otak manusia. Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan pembelajaran. Bagi teori Neurosains, sistem saraf dan otak merupakan asas fisikal bagi proses pembelajaran manusia. Neurosains dapat membuat hubungan diantara proses kognitif yang terdapat di dalam otak dengan tingkah laku yang akan dihasilkan. Hal ini dapat diartikan bahwa, setiap perintah yang diproses oleh otak akan mengaktifkan daerah-daerah penting otak, (Wulansari, 2017).
Adapun pendapat Schneider yang mengatakan bahwa neurosains adalah suatu bidang penelitian saintifik tentang sistem saraf, utamanya otak. Neurosains merupakan penelitian tentang otak dan pikiran. Studi tentang otak menjadi landasan dalam pemahaman tentang bagaimana kita merasa dan berinteraksi dengan dunia luar dan khususnya apa yang dialami manusia dan bagaimana manusia mempengaruhi yang lain, (Wulansari, 2017).
Menurut Adi Gunawan Bila kita tinjau ketika manusia dilahirkan manusia dianugrahi dengan otak yang sama, otak terdiri dari sekitar satu triliun sel otak yang masing-masing terdiri dari sekitar seratus milyar sel otak aktif dan sisanya sekitar Sembilan ratus milyar adalah sel otak pendukung. Namun mengapa tingkat kecerdasan manusia berbeda-beda itu disebabkan karena perbedaan dalam meningkatkan potensi yang telah dimiliki, kecerdasan manusia tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jumlah sel otak namun lebih kepada berapa banyak koneksi yang bisa terjadi antara masing-masing sel otak.
Hal ini sangat penting terutama dalam proses belajar dan pembelajaran karena mampu atau tidaknya seseorang dalam menangkap informasi atau ilmu pengetahuan yang disampaikan ditentukan oleh kesiapan otak untuk menangkap informasi atau ilmu pengetahuan tersebut, jika otak tidak siap maka proses pembelajaran tidak akan pernah terjadi.
2.2 Struktur Fungsi Otak dan Sistem Saraf
Setiap sel otak kemungkinan dapat membuat koneksi antara 1 sampai 20.000. Koneksi sel otak tersebut hanya dapat terjadi apabila kita menggunakan dan melatih otak. Kemudian sebenanya otak manusia terdiri dari tiga bagian otak yaitu otak reptil, mamalia, dan neo kortex. Otak reptil memiliki peranan sebagai pengatur respon terhadap ancaman ataupun bahaya yang ada, dengan menggunakan pendekatan (Lari atau Lawan). Otak mamalia berfungsi mengatur kebutuhan akan keluarga, rasa memiliki, dan strata sosial otak bagian ini sangat berperan dalam pembelajaran. Dan yang terakhir bagian otak neo kortex bagian ini berkaitan langsung dengan otak mamalia hanya dapat digunakan untuk berfikir dalam keadaan tenang dan bahagia.
Dalam teori belajar neuroscience sangat penting untuk kita memahami tentang bagaimana kerja otak kita atau bagaimana otak bekerja tujuannya adalah ketika kita memahami cara kerja otak maka kita dapat memaksimalkan potensi dari otak tersebut. Yang perlu kita ketahui adalah bahwa otak tidak bekerja sendiri namun otak bekerja dengan prinsip sirkuit atau jalur, maksudnya adalah setiap bagian otak saling membantu atau memberikan daya dan dukunganya mengumpulkan setiap data yang didapat sehingga membentuk satu kesatuan atau seperti menyambungkan sebuah puzzle sehingga tercipta satu kesatuan pengetahuan. Jika sirkuit tersebut tidak tercipta maka itu hanya seperti data yang berhamburan. Untuk membentuk suatu data menjadi sirkuit tersebut diperlukan rangsangan terus melalui mekanisme plastisitas otak yaitu kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Berikut ini prinsip-prinsip dimana sirkuit otak mengikuti prinsip-prinsip tersebut dalam bekerja:
- Prinsip resiprokal.
- Hubungan bersifat konvergen atau divergen.
- Susunan serial atau parallel atau keduanya.
- Fungsi-fungsi spesifik.
Ada 5 kegiatan yang bisa dilakukan untuk melatih fungsi otak:
a. Memori
Bagian otak ini berfungsi untuk menjalankan peran kognitif yang penting; membaca, pemahaman, serta berhitung. Untuk menjaga daya ingat tetap baik, harus dilatih. Contoh ketika kita mendengarkan lagu yang belum diketahui, lalu kita mencoba untuk menghafalkannya. Melakukan latihan di atas meningkatkan level acetylcholine, zat kimia yang membantu membangun otak, dan meningkatkan kemampuan memori.
b. Atensi (Perhatian)
Perhatian merupakan hal yang paling mendasar, perhatian yang fokus akan membantu menjaga konsentrasi meski ada banyak suara yang mengganggu.
c. Bahasa
Aktivitas berlatih berbahasa akan menantang kemampuan untuk mengenali, mengingat, dan memahami kata-kata. Hal ini juga melatih kemampuan untuk keluwesan berbahasa, kemampuan tata bahasa, serta memperkaya diksi. Dengan latihan yang rutin dapat memperkaya pengetahuan akan kata-kata baru dan lebih mudah mencari kata yang familiar.
d. Visual Spasial
Menganalisa informasi visual adalah hal yang penting untuk bisa berinteraksi dengan lingkungan. Untuk melatih fungsi kognitif ini, dapat dilakukan di dalam ruangan, lihat 5 benda kecil berbeda serta berjauhan dan ingat-ingat lokasi mereka. Lanjutkan aktivitas seperti biasa setelah 2 jam kemudian sebutkan kembali barang apa saja yang diingat dan dimana lokasi-lokasinya.
e. Fungsi Eksekutor
Secara tidak sadar, kita menggunakan kemampuan logika dan pemahaman setiap hari untuk membuat keputusan, membangun hipotesan, dan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan yang kita lakukan sehari-hari. Aktivitas yang mengharuskan kita membuat strategi atau memperhitungkan langkah yang tepat atau mencapai solusi dengan waktu sesingkat-singkatnya adalah aktivitas yang menyenangkan. Untuk melatih otak dalam fungsi eksekutor ini dapat dilakukan dengan memperbanyak aktivitas sosial atau bermain games yang menantang strategi.
Singkat kata bahwa penggunaan kedua belah sisi otak terjadi pada hampir setiap waktu. Sebetulnya tidak mungkin dapat dihentikan salah satunya samasekali. Setelah mencoba melatih fungsi otak pun akan terus terpikirkan mengapa dan bahkan sampai tidak menyadarinya. Sejatinya otak bekerja begitu banyak di luar kesadaran diri sendiri.
Sehingga dari kegiatan melatih otak yang bisa dilakukan di atas, harus diingat bahwa untuk tetap mempertahankan kekuatan mental dengan memberikan diri sendiri banyak stimulasi. Dengan mempertahankan otak untuk tetap aktif, keuntungan yang didapat akan semakin banyak dan berguna.
2.3 Mekanisme Kerja Otak yang Berkaitan dengan Kecakapan Belajar
Manusia memiliki dua belahan otak yakni otak kiri dan otak kanan dan yang baru-baru ini masih hangat diperbincangkan adalah otak tengah. Otak tengah berfungsi sebagai pengatur keseimbangan antara kedua belahan otak antara otak kiri dan otak kanan. Kedua belahan otak tersebut masing-masing memiliki tanggung jawab dan karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainya oleh karena itu manusia memiliki kecenderungan yang dalam hal ini sangat membantu dalam proses belajar atau pembelajaran dengan mengetahui kecenderungan tersebut maka seseorang dapat meningkatkan potensi yang ia miliki. Kecenderungan tersebut bisa kepada otak kiri atau kepada otak kanannya. Berikut ini merupakan karakteristik dari masing-masing belahan otak.
a. Orang yang Dominan Otak Kirinya
Orang yang cenderung dominan otak kirinya biasanya memiliki karakteristik pandai melakukan analis dan proses pemikiran logis, namun kurang pandai dalam hubungan sosial. Mereka juga cenderung memiliki telinga kanan lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam daripada tangan dan kaki kirinya. Kemampuan-kemampuan yang dimilikinya bersifat logis, analitis, realitas, factual, prosedural, praktis, dan organisatoris.
b. Orang yang Dominan Otak Kanannya
Orang yang cenderung dominan otak kanannya biasanya memiliki kepribadian orang yang pandai bergaul, namun mengalami kesulitan dalam belajar hal-hal yang teknis. Kemampuan-kemampuan yang dimilikinya bersifat konseptual, humanistis, visionary, emosional, spiritual, danintuitif.
Perbedaan cara memproses pemikiran ini merefleksikan 2 jenis kecerdasan belahan otak. Menurut Bogen dikotomi seperti ditunjukkan di bawah ini adalah satu-satunya manifestasi dari bagaimana otak kiri dan kanan memproses informasi, (Hergenhahn & Olson, 2008):
Otak kiri Otak kanan
Intelek Intuisi
Kovergen Divergen
Realistis Impulsif
Intelektual Sensual(perasaan)
Diskret Continue
Terarah Bebas
Rasional Intuitif
Historis Nir-waktu
Analitis Holistis
Suksesif simultan
Objektif subjektif
Atomistis Umum(gross)
Dari hal-hal diatas teori belajar neuroscience memperhatikan setiap kemampuan yang dimiliki oleh otak, karena otak tidak hanya memiliki gaya belajar tunggal. Penting untuk guru memahami cara kerja otak dan gaya belajar yang dihasilkan dari proses berpikir otak tersebut, sehingga pengoptimalan fungsi otak dapat tercapai dan menghasilkan SDM yang berkualitas yang dapat berdaya saing terutama pada era global seperti sekarang ini.
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Teori Neurosains
Sebagai suatu teori pembelajaran berbasis kemampuan otak (Neuroscience), tentu saja memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini beberapa kelebihan dan kelemahan menurut Rianawaty:
A. Kelebihan neurosains:
- Memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja.
- Memperhatikan kerja alamiah otak si pembelajar dalam proses pembelajaran.
- Menciptakan iklim pembelajaran dimana pebelajar dihormati dan didukung.
- Menghindari terjadinya pemforsiran terhadap kerja otak.
- Dapat menggunakan berbagai model-model pembelajaran dalam mengaplikasikan teori ini.
- Dianjurkan untuk memvariasikan model-model pembelajaran tersebut, supaya potensi pembelajar dapat dibangunkan.
B. Kelemahan neurosains:
- Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui tentang teori ini (masih baru).
- Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat memahami (mempelajari) bagaimana otak kita bekerja.
- Memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang baik bagi otak.
- Memerlukan fasilitas yang memadai dalam mendukung praktek pembelajaran teori ini, (Rianawaty, 2017)
2.5 Implementasi Teori Belajar Neuroscience dalam Pembelajaran
Goleman menyatakan bahwa selain rational mind, seorang memiliki emotional main yang masing-masing diukur oleh IQ dan EQ dan bersumber masing-masing dari head dan heart. Dalam kehidupan kedua mental tersebut meskipun berfungsi dengan cara-caranya sendiri, masing-masing dari keduannya bekerja secara sinergis dan harmonis.
Proses pembelajaran sangat terkait dengan kerja otak kanan dan kiri. Cara yang sangat baik untuk menghormati keunikan otak dan perbedaan anak adalah dengan mempertimbangkan gaya pembelajaran. Ada banyak gaya pembelajaran yang tersedia sekarang ini. Masing-masing memiliki poin-poin yang kuat. Semuanya memiliki perbedaan dari hal proses input, filter kognitif, pemrosesan, dan gaya respon. Seluruh pemikiran tentang gaya pembelajaran menjadi tidak relevan ketika kita mempertimbangkan tentang seberapa banyak perbedaan yang berkembang dalam otak.
Setiap otak manusia berkembang secara unik. Bahkan otak dari orang kembar identikpun berbeda. Hal yang paling menakjubkan adalah bahwa kita semua secara virtual memiliki DNA yang sama dalam kurang lebih 99.5% bagian tubuh kita. Akan tetapi, angka 0.5% yang unik membuat kita menjadi berbeda. Salah satu sasaran dari lingkungan pembelajaran yang berbasis kemampuan otak adalah untuk mengenali fakta ini dan memperhitungkannya dengan cara:
1. Menghormati dan mendukung perbedaan yang ada diantara para pembelajar.
2. Memperhatikan karakteristik gaya pembelajaran
Otak manusia tidak memiliki preferensi atau “gaya pembelajaran” tunggal yang jauh lebih kompleks dari pada ini. Apa yang barangkali lebih instruktif daripada masalah mempertimbangkan model-model gaya pembelajaran individual adalah mempertimbangkan beberapa karakteristik umum dari semua model tersebut. Empat kategori berikut ini mencakup pandangan realistik dan global terhadap gaya pembelajaran yang dapat digunakan pada rancangan pembalajaran apapun:
a. Konteks
Keadaan yang melingkupi pembelajaran memberikan petunjuk-petunjuk yang penting tentang apa yang akan terjadi selama pembelajaran. Misalnya, bagaimana perasaan para pembelajar tentang lingkungan pembelajaran, kondisi sosial dan tingkat kesulitan kontennya?
b. Input
Para pembelajar menuntut adanya sensori input untuk terjadinya pembelajaran apapun. Oleh karena kita mempunyai lima indra, maka input ini bisa berupa visual, audio, kenestetik, penciuman, dan perasa. Pada suatu waktu seorang pembelajar mungkin lebih memilih input eksternal (yang berasal dari sumber dari luar) dan pada waktu berikutnya akan lebih memilih input internal (yang diciptakan dalam pikiran). Robert Samples, pengarang buku Open Mind/Whole Mind(1987) mangatakan bahwa “pengindraan tambahan kita yang meliputi vestibulare (gerakan berulang), magnetic (orientasi feromagnetik), ionic (pengisian elektrostatik atmospheric), geogravimetric (merasakan perbedaan massa), dan proximal (kedekatan fisik)”.
c. Pemrosesan
Sebuah rangkaian tindakan atau perubahan yang sistematis menyangkut informasi, kebersamaan rangkaian tersebut membentuk pemikiran manusia. Dalam tahap ini otak yang bertugas untuk memproses informasi tersebut. Tahap dimana para pembelajar memanipulasi data yang dikumpulkan melalui indra, baik yang didapat dari lingkungan yang bersifat global maupun analitis, konkret maupun abstrak, serta multi-tugas maupun tugas-tunggal.
d. Respons
Saat para pembelajar mulai memproses informasi, respon mereka secara intuitif didasarkan pada sejumlah faktor, seperti waktu, penilaian risiko, poin referensi internal atau eksternal, dan kekhasan personal
3. Lebih mengaktifkan otak
Inteligensia sebagian besar adalah kemampuan menyatukan potongan- potongan informasi yang acak untuk menginformasikan proses berfikir, menyelesaikan masalah, dan analisis. Ketika para pembelajar diberikan lebih banyak umpan balik yang konsisten dan yang berkualitas lebih baik, mereka akan lebih mampu menyatukan potongan-potongan teka-teki pembelajaran dan mengintegrasikan informasi tersebut kedalam hubungan dan pola yang lebih baik. Tips pengayaan bagi guru:
- Berikan salam pada pembelajar di depan pintu.
- Seringlah memberi komentar mengenai pembelajaran sebelumnya.
- Doronglah pengajaran oleh dan interaksi dengan teman.
- Berikanlah tinjauan ulang harian dan mingguan (dilakukan oleh diri sendiri, guru, atau teman).
- Buatlah agar para pembelajar berbicara dengan sendirinya melalui proses berpikir mereka (dengan keras).
- Buatlah agar para siswa mengoreksi PR mereka, kuis, ujian milik mereka sendiri.
- Buatlah agar para siswa melakukan presentasi kelompok, yang mereka dapat langsung menerima umpan balik kelompok.
4. Musik dan Pembelajaran
Musik sebenarnya dapat memperbaiki jalur-jalur neural otak. Peneliti Frances rauscher, Ph. D., berpendapat (1997) bahwa pola-pola penyalaan neural pada dasarnya adalah sama pada apresiasi musik dan berfikir abstrak. Para siswa yang mendengarkan musik klasik selama sepuluh menit (sonata Mozart dengan dua piano pada D Mayor) menunjukkan skor nilai ujian mereka dalam berfikir spasial dan abstrak. Meskipun pada otak hanya bersifat sementara (5-15 menit) hasilnya dapat digandakan dengan menambahkan reaktivasinya kapan saja. Kebijaksanaan adalah sesuatu yang penting ketika kita menginterpretasikan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian ini. Ada waktu yang tepat bagi musik dalam proses pembelajaran, sama seperti ada waktu yang tepat untuk tenang.
Sama seperti organ tubuh lainnya, otak juga membutuhkan istirahat yang cukup untuk bisa beroperasi secara optimal. Itulah sebabnya pelajar yang menggunakan cara SKS (sistem kebut semalam) tidak akan bisa mencapai hasil pembelajarn yang maksimal. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan kondisi otak yang sangat lelah. Untuk berfikir kita harus menggunakan otak neo cortex. Saat lelah dan tegang, otak yang aktif adalah otak reptile. Itulah sebabnya informasi yang telah dipaksakan untuk dipelajari pada malam sebelum ujian tidak dapat atau sulit sekali untuk diingat kembali saat mengerjakan ujian.
Pada waktu tidur, akan terjadi REM (Rapid Eye Movement). Pada saat inilah semua informasi yang telah dipelajari selama satu hari akan diatur di dalam otak dan memori kita. Informasi ini akan diambil dari memori jangka pendek dan dipindahkan ke memori jangka panjang. Rata-rata bayi atau anak kecil mempunyai waktu REM 45%-60% dari waktu tidur mereka. Sedangkan orang dewasa hanya sekitar 20% saja. Otak kita tidak dapat dipaksa untuk melakukan fokus dalam waktu yang lama.
Dalam proses belajar tentu sangat sulit untuk membuat situasi di mana informasi yang kita pelajari seakan-akan sangat menentukan keselamatan hidup kita. Maka cara paling efektif adalah dengan menggunakan informasi tersebut untuk membangkitkan emosi. Diantaranya adalah dengan permainan, menciptakan kondisi belajar yang kondusif, menetapkan tujuan belajar dan hadiah yang didapat bila tujuan itu tercapai, atau dengan alasan emosial mengapa informasi ini perlu dipelajari.
Itulah sebabnya banyak murid yang terkesan bosan dan sama sekali tidak berminat dengan apa yang diajarkan guru mereka di kelas. Mengapa demikian? Ini karena metode penyampaian informasi itu tidak dapat membangkitkan emosi-emosi yang positif dan karena prioritas mempelajari informasi baru sekedar untuk menambah pengetahuan, maka otak sama sekali tidak tertarik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otak manusia merupakan karunia Tuhan yang amat luar biasa, yang memungkinkan manusia dapat berpikir, memiliki perasaan, dan menggunakan bahasa. Kelebihan tersebut menyebabkan manusia mampu belajar dan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Teori yang mengutamakan kinerja otak ini baik otak kanan ataupun otak kiri, karena keseimbangan kinerja keduanya akan berpengaruh terhadap pola pikir, kreativitas, dan kemunculan ide-ide baru. Dalam hal ini informasi yang diperoleh akan diproses melalui beberapa tahapan sehingga memunculkan tindakan atau perilaku sebagai respon.
Temuan-temuan penelitian Neuroscience (riset terhadap otak manusia) yang dikaitkan dengan pendidikan sangat penting untuk peningkatan dan perbaikan kualitas pendidikan. Kondisi penyelenggaraan sistem manajemen pendidikan yang ada sekarang ini terkesan reaktif terhadap masalah-masalah pendidikan dan amat lamban dalam mengadopsi temuan-temuan baru. Neurosains dapat membuat hubungan diantara proses kognitif yang terdapat di dalam otak dengan tingkah laku yang akan dihasilkan. Hal ini dapat diartikan bahwa, setiap perintah yang diproses oleh otak akan mengaktifkan daerah-daerah penting otak.
3.2 Saran
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah penting untuk dipahami mengenai pemanfaatan kedua belah otak untuk belajar. Belajar jadi mudah apabila dapat menyeimbangkan kedua fungsi otak dalam proses pembelajaran. Otak kanan sebagai kreativitas dan imajinasi dan juga merupakan faktor yang dapat memberikan ide bagi otak kiri dalam melahirkan kata-kata dan bahasa. Kreativitas dan imaginasi sangatlah penting dalam proses pembelajaran bahasa. Oleh karena itu kreatifitas dan imajinasi perlu dikembangkan.
Jika kreatifitas dikembangkan dalam proses pembelajaran, maka pembelajaran akan menjadi suatu proses yang menyenangkan bagi siswa. Implikasinya pada diri siswa akan terbentuk pola pembelajaran yang kreatif dan tidak tergantung pada orang lain. Ini akan menjadikan siswa lebih siap dan mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan dan tuntutan yang terjadi dalam lingkungannya. Sebagai calon guru kelak diharapkan untuk pandai berkreasi atau memiliki strategi dalam mengajar terlebih seorang guru sebagai pusat perhatian dan fasilisator inspiratif.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A. (2017, November 2). Teori Kerja Otak Dan Implementasi Dalam Proses Pembelajaran. Retrieved from https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/07/19/teori-kerja-otak-dan-implementasi-dalam-proses-pembelajaran/
Eko, A. P. (2017, Novermber 2). Apa itu Neurosains (Neuroscience)?? Retrieved from agfi.staff.ugm.ac.id/blog/index.php/2008/12/apa-itu-neurosains-neuroscience/
Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2008). Theories of learning (teori belajar) edisi ketujuh. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Rianawaty, I. (2017, November 2). Teori Neurosains. Retrieved from http://idarianawaty.blogspot.com/2011/02/teori-neurosains.html
Wulansari, D. (2017, November 1). Makalah Neurosains. Retrieved from http://desiwulansari166.blogspot.co.id/2013/04/makalah-neurosains.html
Yossei, S. (2017, November 1). NEUROSCIENCE DAN PENGEMBANGAN MANUSIA. Retrieved from http://darsani1.blogspot.co.id/2014/03/makalah-psikologi-semoga-bermenfaat.html
Komentar
Posting Komentar